Info Terbaru 2022

Narrative Text Wacana Maninjau Lake Dalam Bahasa Inggris Dan Artinya

Narrative Text Wacana Maninjau Lake Dalam Bahasa Inggris Dan Artinya
Narrative Text Wacana Maninjau Lake Dalam Bahasa Inggris Dan Artinya

Narrative Text Tentang Maninjau Lake Dalam Bahasa Inggris Dan Artinya




Halo sahabat IBI..


Narrative text yakni salah satu jenis teks bahasa inggris yang bertujuan untuk menceritakan suatu dongeng yang mempunyai rangkaian bencana kronologis yang saling terhubung.


Pada kesempatan kali ini IBI akan membahas narrative  text wacana Maninjau Lake. Langsung saja kita simak berikut ini.





Narrative Text Tentang Maninjau Lake Dalam Bahasa Inggris Dan Artinya Narrative Text Tentang Maninjau Lake Dalam Bahasa Inggris Dan Artinya
Narrative Text Tentang Maninjau Lake Dalam Bahasa Inggris Dan Artinya


 Maninjau Lake


In a village at the foot of the mountain Review, West Sumatra, live 10 brothers. They consist of nine boys and one girl. Their mother and father had died. The eldest sonnamed Kukuban. Meanwhile, the youngest who was the only woman, called Siti Rasani or Sani. As the number of male brothers that nine people, residents often call them “like a nine. Since their parents died, they were raised by an uncle, Datuk Limbatang their usualcall Engku. Datuk Limbatang had a son named GiranAfter stepping up, Giran and Sani mutually falling in love. At first, they hide the relationship. However, to avoid things that don’t, whether unaccompanied, they finally revealed this connection to each family. Both families were welcome relationship Saniand Gani with joyWhen the harvest is over, residents in the Township that holds a celebration indigenous form of martial arts. All eager to follow this ritual, including Kukuban and Giran.

Kukuban skills silatnya defeated his opponents. The same thing happened in Giran.Finally, the two met at a match of determinationWhen the fight took place, both mengeluarkah to ahlian respectively. Kukuban very sharp launched attacks to Giran. At one point, he launched a kick toward the kick Giran, but repulsed by hard by Giran. All the spectators were stunned when suddenlyKukuban screaming in pain. As it turns out, legs broken Kukuban. La declared defeated in battle. Since the incident, Kukuban grudge in Giran. La do not accept being defeated by Giran and caused his leg broken One day, Datuk Limbatang and his family came to the House servant of Nine to discuss the continuation of the relationship of Sani and Giran. Unpredictably, Kukuban against his sister‘s relationship with Giran. There was a dispute between the Kukubanand Datuk Limbatang.

“Until whenever I would not approve of the marriage of Sani with Engku. Giran is already mempermalukanku in front of the people and he also broke my leg! “said Kukuban. Datuk Limbatang effort to persuade Kukuban to give his approval no fruition. “My son, Kukuban, why do you hate Giran? All testified that the attacking kaulah Giran, when he cornered Giran fend off tendanganmu so that your feet are broken. Giran is not guilty. Engku instead of defending child Engku, but indeed that’s how actual events. “However, all to no avail. Kukuban still refused to give restunya. Sani and Giran can’t marryHow sad the hearts of Sani and Giran. Giran Ialu invites Sani to meet somewhere to discuss this issue. The next day, they meet in a field on the edge of the river.


What should we do, Dik. Your brother is very not condone our relationship, “lamented Giran.  I Dunno, Bang. All decisions have on hand Bang Kukuban. She once hated, to Abang; isak Sani. Feeling frantically, Sani depart from his seat. Suddenly, the gloves he wore in a thorny twig stuck up and injuring his leg until it bleeds. Sani moaning in pain sister, you hurt. Brother will help treat it, “said Giran. Then, Giran took the drug leaves around it and smeared the potion he had made to the wounds of her lover. Both of them do not realize when they are being watched. As it turns out, Kukubanhas been calling residents to keep an eye on Sani clan GiranLook at Giran who are treating the wound in the leg, the citizens have a prejudice Sani a bad against both. Sani and Giran herded citizens for trial, because it is considered to have been doing a shameful and violates ethical custom.

Custom hearing decides that they are guilty and as a punishment they both should be thrown into the crater of Mount Review so as not to bring havoc to the population. Sani and Giran herded towards the top of the mountain Review. Mareka eyes closed with a black cloth. Giran and Sani was still trying to convince the population that they are not guilty. At the peak of the mountain Review, Giran menengadahkan his hand and prayed toGod AlmightyOh My God. If we are not guilty, Ietuskanlah it so that it becomes a lesson for all of them, “prayer Giran while berurai tears. Then, Sani and Giran jumping into the craterthat is very hot.


The servant of nine and the inhabitants feel anxiety with prayer thanks Giran. If it turns out they were wrong to assume, they will be crushedNot long after, there was a terrible explosion caused the great earthquake which destroyed the Mountain review and settlement of residents who were in the vicinity. There are none who survived. The explosion triggered a crater that the longer the better, so that it resembles a lake. The so-called Danube  Maninjau Lake.



Terjemahan


Danau Maninjau


Di sebuah perkampungan di kaki Gunung Tinjau, Sumatra Barat, hiduplah 10 orang bersaudara. Mereka terdiri dari sembilan pria dan satu anak perempuan. Ayah dan ibu mereka telah meninggal dunia. Anak tertua berjulukan Kukuban. Sementara itu, si bungsu yang merupakan satu-satunya perempuan, berjulukan Siti Rasani atau Sani. Karena jumlah pria bersaudara itu sembilan orang, penduduk sekitar sering menyebut mereka dengan Bujang Sembilan.


Semenjak orangtua mereka meninggal dunia, mereka diasuh oleh seorang paman, yaitu Datuk Limbatang yang biasa mereka panggil Engku. Datuk Limbatang mempunyai seorang anak lelaki berjulukan Giran.


Setelah menginjak dewasa, Giran dan Sani saling jatuh cinta. Pada mulanya, mereka menyembunyikan kekerabatan tersebut. Namun, untuk menghindari hal-hal yang tidak balk, balasannya mereka mengungkapkan kekerabatan ini kepada keluarga masing masing. Kedua keluarga itu menyambut kekerabatan Sani dan Gani dengan suka cita.


Saat panen usai, warga di perkampungan itu melangsungkan perayaan budpekerti berupa silat. Semua bersemangat mengikuti upacara ini, termasuk Kukuban dan Giran.


Kukuban dengan keahlian silatnya berhasil mengalahkan lawan-lawannya. Hal yang sama terjadi pada Giran. Akhirnya, keduanya bertemu pada pertandingan penentuan.

Ketika pertarungan berlangsung, keduanya mengeluarkah ke ahlian masing-masing. Kukuban sangat tajam melancarkan serangan-serangan kepada Giran. Suatu saat, ia melancarkan tendangan ke arah Giran, tetapi tendangan tersebut ditangkis dengan keras oleh Giran. Semua penonton tercengang ketika tiba-tiba Kukuban berteriak kesakitan. Ternyata, kaki Kukuban patah. la dinyatakan kalah dalam pertarungan.


Semenjak bencana itu, Kukuban menyimpan dendam pada Giran. la tidak terima dikalahkan oleh Giran dan menjadikan kakinya patah.


Suatu hari, Datuk Limbatang dan keluarganya tiba ke rumah Bujang Sembilan untuk membicarakan kelanjutan kekerabatan Sani dan Giran. Di luar dugaan, Kukuban menentang kekerabatan adiknya dengan Giran. Terjadilah perselisihan antara Kukuban dan Datuk Limbatang.


“Sampai kapan pun saya tidak akan menyetujui komitmen nikah Sani dengan anak Engku. Giran sudah mempermalukanku di depan penduduk dan ia juga mematahkan kakiku!” ujar Kukuban. Usaha Datuk Limbatang membujuk Kukuban biar menunjukkan persetujuannya tidak membuahkan hasil.


“Anakku, Kukuban, mengapa engkau membenci Giran? Semua menyaksikan bahwa kaulah yang menyerang Giran, ketika Giran terpojok ia menangkis tendanganmu sehingga kakimu patah. Giran tidak bersalah. Engku bukan membela anak Engku, tetapi memang begitulah bencana yang sebenarnya.”

Namun, semua sia-sia. Kukuban tetap menolak menunjukkan restunya. Sani dan Giran tidak sanggup menikah.


Betapa sedihnya hati Sani dan Giran. Giran Ialu mengajak Sani untuk bertemu di suatu daerah membicarakan duduk kasus ini. Keesokan harinya, mereka bertemu di sebuah ladang di pinggir sungai.


“Apa yang harus kita perbuat, Dik. Abangmu sangat tidak merestui kekerabatan kita,” keluh Giran.


“Entahlah, Bang. Semua keputusan ada di tangan Bang Kukuban. Dia benci, sekali kepada Abang;” isak Sani. Dengan perasaan kalut, Sani beranjak dari daerah duduknya. Tiba-tiba, sarung yang dikenakannya tersangkut di sebuah ranting berduri dan melukai kakinya hingga berdarah. Sani merintih kesakitan “Adik, kau terluka. Abang akan bantu mengobatinya,” ujar Giran. Lalu, Giran mengambil daun-daun obat di sekitarnya dan mengoleskan ramuan yang dibuatnya ke kepingan luka kekasihnya.


Mereka berdua tidak menyadari jika mereka sedang diawasi. Ternyata, Kukuban telah memanggil warga untuk mengawasi Sani clan Giran.


Melihat Giran yang sedang mengobati luka di kaki Sani, warga mempunyai prasangka yang jelek terhadap keduanya. Sani dan Giran digiring warga untuk diadili, sebab dianggap telah melaksanakan perbuatan yang memalukan dan melanggar etika adat.


Sidang budpekerti memutuskan bahwa mereka bersalah dan sebagai hukumannya keduanya harus dibuang ke Kawah Gunung Tinjau biar tidak membawa malapetaka bagi penduduk.


Sani dan Giran digiring menuju puncak Gunung Tinjau. Mata mareka ditutup dengan kain hitam. Giran dan Sani masih tetap berusaha meyakinkan penduduk bahwa mereka tidak bersalah.


Di puncak Gunung Tinjau, Giran menengadahkan tangannya dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.


“Ya Tuhan. Jika kami tidak bersalah, Ietuskanlah gunung ini sehingga menjadi pelajaran bagi mereka semua,” doa Giran sambil berurai air mata. Lalu, Sani dan Giran meloncat ke dalam kawah yang sangat panas.


Bujang Sembilan dan para penduduk merasa cemas dengan doa yang dipanjatkan Giran. Jika ternyata mereka salah menuduh, mereka akan hancur.


Tidak usang kemudian, terjadilah letusan dahsyat yang menjadikan gempa hebat yang menghancurkan Gunung Tinjau dan pemukiman penduduk yang berada di sekitarnya.


Tidak ada satu pun yang selamat. Letusan tersebut menjadikan terjadinya sebuah kawah yang semakin usang semakin besar, sehingga mirip sebuah danau. Danau tersebut disebut dengan Donau Maninjau.




Demikian yang sanggup IBI sampaikan pada kesempatan kali ini, semoga apa yang sudah disampaikan sanggup bermanfaat dan sanggup dijadikan materi berguru bagi sahabat IBI semua.


– Salam Semangat IBI


Advertisement

Iklan Sidebar

Adsense 728x90