Info Terbaru 2022

Contoh Pidato Bahasa Inggris Perihal Maulid Nabi Dan Artinya

Contoh Pidato Bahasa Inggris Perihal Maulid Nabi Dan Artinya
Contoh Pidato Bahasa Inggris Perihal Maulid Nabi Dan Artinya

Contoh Pidato Tentang Maulid Nabi Dalam Bahasa Inggris Dan Artinya


Contoh Pidato Tentang Maulid Nabi Dalam Bahasa Inggris Dan Artinya Contoh Pidato Bahasa Inggris Tentang Maulid Nabi Dan Artinya


A. Contoh Pidato Dalam Bahasa Inggris


Assalamualaikum warrohmatullahi wabarokatuh



Let us extend all the praise to Allah Swt due to all of his blessing, mercy, and guidance upon all of us so that we can still take the benefit from His blessing, namely the good health and oxygen we breathe in without any need to cost anything.


Sholawat and salam may everlastingly be upon our adoration, Great Prophet Muhammad SAW who had guided and

led us from darkness into the shining bright path.


To all the honorable ladies, gentlemen, and audience,

On the 12th Rabiul Awal 1431 H coincided on 26th February 2010, all of the Muslims are celebrating Maulid (the birth) of Prophet Muhammad SAW, that’s nothing but the heritage of Islamic civilizations which has been carried out from generation to generation.


In historical record, Maulid was started since the Caliph masa of Fatimiyah under the rule of the descendant of Fatimah Az-Zahrah, Daughter of Muhammad.


It’s all carried out in order to regain the spirits of fight of Muslims under the struggle in order to free Mosque Al-Aqsha in Palestine from the holds of Christians, and then create massive effects, namely spirits of Jihad for Muslims which were impassioned at that time.


Substantially, the celebration of Maulid of Prophet is as a form of effort to know about the example of Muhammad as the disseminator of Islamic teachings. Recorded throughout the history of life, Prophet Muhammad is an amazing and great leader in giving esteemed examples for his followers.

In the Islamic socio-anthropological and historical order, Muhammad could be seen and understood in two different social dimensions that complement in each other.


Firstly, in the theological-religious perspective, Muhammad was seen and understood as a figure of prophet as well as the last Messenger of God in the Islamic order of concept. This positions Muhammad as a figure of holy man who became a representative of God in the world who had duties to bring, deliver, and implement all the forms of “holy” massages of God to mankind universally.


Secondly, in the social-political perspective, Muhammad was seen and understood as an excellent figure of politician. Muhammad’s individual figure which was identical to wise, tolerant, humanist, and indiscriminative and hegemonic leader made him lead Arabian social society order at that time in order to reach for prosperous and peaceful social society order.


It has become general news that we are in need of a nation leader figure that is able to reinstruct an image of leadership and social society which are ideal, tolerant, humanist, and indiscriminative just like Prophet Muhammad did for the mankind.


The contextuality of Maulid celebration isn’t only understood through the Islamic perspectives, but also it needs to be understood from other perspectives that involve all the issues, such as politics, cultures, economics, or religions.


To all the dearest ladies, gentlemen, and audience,

Prophet Muhammad was born into the world. His coming to the world is to mend the manner so that all of his followers will turn into well mannered people.


For example, before eating we must pray by saying “bismillahirahmanirahim” (In the name of Allah the Most Gracious the Most Benevolent). It is a well-mannered deed to Allah.


Well-mannered to Rasulullah (Allah’s Messenger)

Rasul is a great gateway of belief. Therefore, we are supposed to always be well-mannered to Rasulullah.


Every belief teaches the holiness. Therefore, we need to be well-mannered in having religion. In Al Alquran we are forbidden to destroy synagogues, churches, or mosques, and the places where the names of Allah are mentioned. For that reason, if there is a person who destroys a church in the name of religion, it is totally a lie. It is indeed in the name of his/her lust.


Like how we are ordered to cover our aurat (a part of body which may not be visible) is a deed to be well-mannered to own self. Seven layers of sky and seven layers of earth which were created by Allah are like coconut husks, while the diamonds are the humans. Therefore, be well-mannered to own selves!


Do not make ourselves become insubordinate children like a story of a mother from a village who succeeded to make her son become success person. But someday when his mother came to see him, she was not honored and driven away by his son. The loatheness of the mother caused by her son’s deeds finally made her son and all of his family punished by Allah’s wrath by the annihilation of all of his places and families. The son was supposed to be proud of his mother who had succeed to make him a success person compared to other parents who might not be able to do the same thing as his mother did.


Well mannered to other people. In life, we cannot stand outside of society. Therefore, we must be well-mannered to them.


A hadith that tells about loving the motherland is a part of faith which is a well-mannered deed to mother land. Our predecessors made the Garuda Pancasila as a symbol of our nation that symbolizes a great soul and spirit. However, what is happening now is that the souls of Indonesian people are having a chronic sickness since the love of homeland is fading away over time.


And then, to whom are we taught to be well-mannered? We are taught to be well-mannered to the orphanages, needy people, and those people who are troubled by the disasters.


I wish my speech could bring all the good things for each of us. I say my apology for the mistakes on my words.

Wassalamualaikum warrohmatullahi wabarokatuh.




B. Pidato Dalam Bahasa Indonesia


Assalamualaikum warrohmatullahi wabarokatuh



Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rohmat, taufiq, dan hidayahnya kepada kita sekalian. Sehingga kita masih sanggup menikmati anugrah terindahnya berupa kesehatan serta oksigen yang kita hirup tanpa harus membayar sepeserpun.


Solawat serta salam mudah-mudahan tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memperlihatkan kita dari jalan yang gelap gulita menuju jalan yang terang benderang.


Bapak-bapak, Ibu-ibu, para hadirin yang saya hormati.


Tanggal 12 Rabiul Awal 1431 H, bertepatan pada 26 Februari 2010 seluruh kaum muslim merayakan maulid Nabi Muhammad SAW, tidak lain merupakan warisan peradaban Islam yang dilakukan secara turun temurun.


Dalam catatan historis, Maulid dimulai semenjak zaman kekhalifahan Fatimiyah di bawah pimpinan keturunan dari Fatimah az-Zahrah, putri Muhammad.


Tujuannya yaitu untuk mengembalikan semangat juang kaum muslimin dalam usaha membebaskan Masjid al-Aqsha di Palestina dari cengkraman kaum Salibis. Yang kemudian, menghasilkan efek besar berupa semangat jihad umat Islam menggelora pada ketika itu.


Secara subtansial, perayaan Maulid Nabi yaitu sebagai bentuk upaya untuk mengenal akan keteladanan Muhammad sebagai pembawa fatwa agama Islam. Tercatat dalam sepanjang sejarah kehidupan, bahwa nabi Muhammad yaitu pemimipn besar yang sangat luar biasa dalam memperlihatkan teladan agung bagi umatnya.


Dalam tatanan sejarah sosio antropologis Islam, Muhammad sanggup dilihat dan dipahami dalam dua dimensi sosial yang berbeda dan saling melengkapi.


Pertama, dalam perspektif teologis-religius, Muhammad dilihat dan dipahami sebagai sosok nabi sekaligus rasul terakhir dalam tatanan konsep keislaman. Hal ini memposisikan Muhammad sebagai sosok insan sakral yang merupakan wakil Tuhan di dunia yang bertugas membawa, menyampaikan, serta mengaplikasikan segala bentuk pesan “suci” Tuhan kepada umat insan secara universal.


Kedua, dalam perspektif sosial-politik, Muhammad dilihat dan dipahami sebagai sosok politikus andal. Sosok individu Muhammad yang identik dengan sosok pemimpin yang adil, egaliter, toleran, humanis, serta non-diskriminatif dan hegemonik, yang lalu bisa membawa tatanan masyarakat sosial Arab kala itu menuju suatu tatanan masyarakat sosial yang sejahtera dan tentram.


Karena bukan menjadi diam-diam lagi bila kita sedang membutuhkan sosok pemimpin bangsa yang bisa merekonstruksikan suatu gambaran kepemimpinan dan masyarakat sosial yang ideal, egaliter, toleran, humanis dan nondiskriminatif, sebagaimana dilakukan Muhammad untuk seluruh umat manusia.

Kontekstualisasi peringatan Maulid tidak lagi dipahami dari perspektif keislaman saja, melainkan harus dipahami dari aneka macam perspektif yang menyangkut segala persoalan. Misal, politik, budaya, ekonomi, maupun agama.

Bapak-bapak, Ibu-ibu, para hadirin yang saya cintai. Nabi Muhammad dilahirkan ke dunia.

Datangnya ke dunia diperintah untuk memperbaiki kebijaksanaan pekerti biar ummat ini menjadi umat yang sopan santun.


Contohnya bagaimana kita sebelum makan berdoa dulu bismillahirrohmanirrohim. Dengan nama Alloh Yang Maha Pengasih lagi Maha Pemurah yaitu bentuk kesopanan kita kepada Alloh.


Rosul merupakan pintu gerbang agung agama. Maka sudah sepantasnya kita sopan kepada Rosululloh


Sopan terhadap agama yang kita peluk masing-masing.

Semua agama mengajarkan kesucian. Karena itu kita harus sopan dalam beragama.

Dalam Al Alquran kita tidak boleh untuk merusak sinagog, gereja, masjid-masjid daerah nama Alloh disebut. Maka kalau ada orang yang hingga merusak gereja atas nama agama, itu yaitu kebohongan. Itu yaitu atas nama hawa nafsu mereka sendiri.


Bagaimana kita diperintah untuk menutup aurat yaitu bentuk kesopanan pada diri sendiri dan sebaik-baik pakaian yaitu pakaian takwa. Tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi yang diciptakan Alloh ini menyerupai sepet (kulit sabut kelapa-red.), sedangkan berliannya yaitu manusia, maka sopanlah kepada diri sendiri.


Jangan hingga kita durhaka mirip dongeng bagaimana seorang dari desa yang berhasil menyekolahkan anaknya hingga menjadi sarjana dan orang yang sukses. Tapi ketika orang tuanya tiba tidak dihormati malah diusir. Ketidak-relaan orang renta menjadikan anak itu dan keluarganya diazab Alloh dengan dihancurkan rumah dan keluarganya. Padahal seharusnya si anak besar hati dengan orang tuanya yang tinggal di desa tersebut dikarenakan telah berhasil mendidik anaknya menjadi orang yang sukses dibandingkan dengan orang kota yang belum tentu berhasil mendidik anaknya menjadi orang yang sukses.


Sopan kepada masyarakat. Dalam kehidupan ini kita tidak bisa keluar dari masyarakat, maka kita harus sopan kepada masyarakat.


Hadis Cinta tanah air bab dari kepercayaan yaitu bentuk kesopanan kepada ibu pertiwi. Pendahulu kita memperlihatkan lambang negara berbentuk Garuda Pancasila melambangkan jiwa yang besar. Namun yang terjadi kini jiwa bangsa Indonesia sedang sakit kronis dengan semakin berkurangnya rasa Cinta Tanah Air


Sedangkan pada siapa kita diajar untuk santun? Kita diajar santun kepada bawah umur yatim Kita diajar santun kepada para fakir miskin Kita diajar santun kepada orang-orang yang teraniaya Kita diajar santun kepada orang-orang yang terkena bencana.


Semoga pidato ini bermanfaat. Mohon maaf jikalau ada kata-kata yang kurang berkenan.



Wassalamualaikum warrohmatullahi wabarokatuh




That’s all para sahabat IBI (ilmubahasa inggris.com) sekalian. Semoga bermanfaat 🙂 See you 🙂



Simak Juga Materi IBI Lainnya :




Advertisement

Iklan Sidebar

Adsense 728x90